Rabu, 10 April 2013

MEKANIKA TEKNIK KONSTRUKSI RANGKA BATANG


KONSTRUKSI RANGKA BATANG (TRUSS)
Rangka batang (Truss)
1.      Konstruksi yang dirancang untuk menumpu beban dan biasanya berupa struktur
yang dikekang/disambung jepit penuh dan stasioner.
2.      Rangka batang terdiri dari batang-batang lurus yang berhubungan pada titik-titik
kumpul (SIMPUL) yang terletak di setiap ujung batang.
3.      Oleh karena itu batang-batang ini merupakan BATANG DENGAN DUA GAYA :
yaitu batang yang mengalami dua gaya sama besar dan berlawanan arah.
4.      Dua gaya tersebut merupakan gaya aksial  berupa gaya tarik atau gaya tekan.
Berlaku Hukum III Newton : AKSI = REAKSI
5.      Pembahasan dibatasi pada : statis tertentu atau rangka batang sederhana.
Syarat rangka batang sederhana :
1. Sumbu batang berimpit dengan garis penghubung antara kedua ujung sendi /
simpul. Titik pertemuan disebut : titik simpul. Garis yang menghubungkan
semua simpul pada rangka batang disebut : Garis Sistem.
2. Muatan/beban yang bekerja pada rangka batang harus ditangkap / diteruskan
pada simpul.
3. Garis sistem dan gaya luar harus terletak pada satu bidang datar.
4. Rangka batang ini harus merupakan rangka batang statis tertentu, baik ditinjau
dari keseimbangan luar dan keseimbangan dalam.

40

Bagian Rangka Batang :
• Batang Tepi : tepi atas dan tepi bawah.
• Batang Pengisi Diagonal
• Batang Pengisi Tegak
• Simpul
• Tumpuan
Kekakuan Rangka Batang
Jika jumlah simpul : S
jumlah batang : B
jumlah reaksi : R
maka :
• 2S – B – R = 0 rangka batang kaku
• 2S – B – R < 0 rangka batang tidak kaku
• 2S – B – R > 0 rangka batang statis tak tertentu.
Untuk rangka batang yang diletakkan pada tumpuan sendi dan roll, maka jumlah
reaksi (R) yang diberikan berjumlah 3 reaksi (1 dari roll dan 2 dari sendi).
Analisis Struktur Rangka Batang
Untuk menganalisi struktur rangka batang, dilakukan 2 langkah :
1. Memeriksa kekakuan rangka, untuk statis tertentu harus memenuhi :
2S – B – R = 0.
2. Menghitung keseimbangan gaya dalam.
Σ FX = 0 , Σ Fy = 0 , Σ M = 0
39
Metode Sambungan
(Metode Kesimbangan Titik Simpul)
• Analisi dilakukan di sambungan / simpul / pin
• Batang merupakan batang dan gaya, dimana satu gaya pada setiap ujung batang.
• Berlaku hukum III Newton : Aksi = reaksi (gaya besar sama tetapi arah berlawanan).
• Digunakan untuk menghitung gaya pada semua.
41

Kasus 1.
Cari reaksi di tumpunan dari konstruksi rangka batang sederhana berikut dan hitung
gaya masing-masing batang serta tentukan gaya tarik atau tekan.


Jawab :
• Pengecekan stabilitas :
Jumlah simpul (S) = 4
Jumlah batang (B) = 5
Jumlah reaksi (R) = 3
2S – B – R = 2(4) – 5 – 3 = 0 Rangka batang stabil
• Σ MB = 0
RVC (3,5) – 70 (1,2) – 24 (7) = 0
RVC = 72 kN (↑)
• Σ MC = 0
RVB (3,5) + 70 (1,2) + 24 (3,5) = 0
RVB = - 48 kN (↓)
• Pengecekan :
Σ FV = 0 = 72 – 24 – 48 = 0 perhitungan benar
• Σ FHB = 0
RHB - 70 = 0
RHB = 70 kN (←)
• Untuk menghitung besar gaya pada tiap simpul, maka digunakan prinsip poligon
gaya tertutup.
• Analisis tiap simpul dapat dibuat dalam bentuk diagram yang dikenal dengan
Diagram Maxwell


42

Panjang batang miring :
AB = AD = (3,5)2 + (1,2)2 = 3,7 m
Simpul B
a. Σ FHB = 0
70 - FHBC = 0
FHBC = 70 kN (simpul B tarik, batang BC tekan)
b. Σ FVB = 0
48 - 0
3,7
1,2 = CA F maka FCA = 148 kN (tarik)
Simpul C
a. Σ FHC = 0
70 - FHCB = 0
FHBC = 70 kN (simpul C tarik, batang CB tekan)
b. Σ FHC = 0
70 - FHCD = 0
FHBC = 70 kN (simpul C tarik, batang CD tekan)
c. Σ FVC = 0
72 - FVCA = 0
FVCA = 72 kN (tekan)
Simpul D
Σ FVD = 0
24 - 0
3,7
1,2 = DA F = 0
FDA = 74 kN (tarik)
= 0 terbukti
24 kN
70 kN
70 kN
48 kN 72 kN
43
Hasil Akhir



44

Kamis, 04 April 2013

TUGAS 4 TIK

Dibuat oleh Fedhi Andika
5101412006
.

“Pengembangan sumberdaya manusia melalui SMK rumpun bangunan”

Mata Pembelajaran praktik di SMK merupakan unit kegiatan pembelajaran dalam pembentukan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil. Namun kenyataannya, kualitas pembelajaran praktik di SMK, khususnya pada program keahlian Teknik Bangunan sangat rendah. Disamping itu diperoleh gambaran bahwa masih kurangnya bahan ajar penunjang praktik, juga metode pembelajaran yang dipakai guru masih menggunakan model konvensional. 

Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan bahan ajar pada strategi pembelajaran Laboratory Training matadiklat praktik kerja kayu program keahlian Teknik Bangunan.

Uji coba produk dilakukan melalui dua tahap yaitu uji pakar/expert judgement, dan uji lapangan. Uji pakar dilakukan dengan melibatkan pakar isi bidang studi dan pakar teknologi pembelajaran. Pakar bidang studi adalah dosen perguruan tinggi.Uji lapangan dilakukan dengan melibatkan guru SMK dan siswa SMK yang dapat mewakili populasi sasaran. Dalam uji coba lapangan juga dilibatkan dosen FT UM, 

Validasi bahan ajar pada penelitian ini kepada ahli bidang studi, ahli pembelajaran, guru dan siswa SMK. Hasil validasi sebagai berikut : (1) pegangan guru dengan tingkat nilai validasi 85.63%, nilai ini masuk di dalam kategori 1 yaitu antara 80% - 100% (valid), (2) RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dengan tingkat validitas 91.67%, nilai ini masuk dalam kategori 1 yaitu antara 80% - 100% (valid), (3) lembar kerja siswa (job sheet) dengan tingkat validitas 96.94%, nilai ini masuk dalam kategori 1 yaitu antara 80% - 100% (valid).
Data terbaru dari sumber situs republika online mengutip penjelasan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyatakan bahwa 50 % dari total 900 ribu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) per tahun diserap dunia industri. Adapun sekitar 100 ribu siswa yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan, dan 40% sisanya masih belum mendapat kerja (Endro Yuwanto dan Erik Purnama Putra, http://www.republika.co.id/). Padahal tamatan SMK seharusnya memiliki kompetensi yang mampu bersaing di pasar tenaga kerja karena “Dalam perspektif Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) yang dasarnya life skills, telah menempati prioritas sebagaimana yang tertuang dalam tujuan SMK itu sendiri”

Keadaan yang ada saat ini, sistem pendidikan kita masih menekankan fungsinya sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dari pada sebagai penghasil tenaga penggerak pembangunan (driving force). Tenaga kerja yang dihasilkan belum mampu melakukan pembaharuan dan penciptaan gagasan baru dalam rangka menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Lulusan pendidikan kita lebih cenderung meminta pekerjaan (job seeker) daripada berinisiatif menciptakan pekerjaan atau kegiatan baru (job creator) (Susi Susilawati Harahap, 2009:92).
Dalam konteks ini, pemerintah terus mengupayakan peningkatan jumlah siswa dengan presentase perbandingan SMK dan SMA yaitu 70:30. Untuk itulah diperlukan perencanaan kurikulum yang menunjang dengan tujuan SMK itu sendiri dan mengutamakan mata pelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan dan lapangan pekerjaan atau yang sering disebut dengan Model Link and Match yaitu memilih mata pelajaran dan jurusan yang dapat menunjang pekerjaan.

Salah satu cara menghasilkan tenaga profesional dan mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan. Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) pasal 4 (Peraturan Menteri, 2008:4) dijelaskan bahwa; “Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) wajib menerapkan standar sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, selambat-6
lambatnya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan”. Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Dari sisi lainnya kelengkapan sarana dan prasarana dapat berdampak positif bagi keberhasilan siswa dalam memperoleh informasi sebagai upaya untuk membentuk karakter dibidang profesi yang siap terjun kedalam dunia kerja.


~Sekian~
*Terima kasih*